Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, kasus kekerasan jalanan kembali mencuat dan memperlihatkan betapa rentannya kehidupan masyarakat. Terbaru, seorang juru parkir bernama Afdal Syamsuddin mengalami pembacokan yang sangat brutal di Kota Makassar. Insiden ini berakar dari masalah sepele terkait posisi parkir motor, namun berujung pada kekerasan yang ekstrem.
Peristiwa mengenaskan ini terjadi pada 16 Juni 2025, saat banyak orang melupakan pentingnya menjunjung toleransi di ruang publik. Pertanyaannya, seberapa besar dampak permasalahan sepele bisa berujung pada tindakan kekerasan?
Kronologi Insiden: Ketegangan dari Teguran
Awal mula kejadian bermula ketika pelaku datang dan memarkir motornya dengan cara yang tidak semestinya, hingga menghalangi akses kendaraan lainnya. Afdal, yang berperan sebagai juru parkir, tidak tinggal diam dan berusaha menegur pelaku untuk memindahkan kendaraannya. Namun, bukannya mendapat respon positif, pelaku justru membalas teguran itu dengan nada tinggi, menunjukkan kurangnya etika dan rasa hormat di ruang publik.
Afdal kala itu hanya ingin menjaga kelancaran arus lalu lintas di area mini market. Ketika pelaku pergi, situasi tampaknya mereda, namun ibarat api dalam sekam, pelaku kembali lagi. Kali ini, ia datang dengan sejumlah rekan dan menyerang Afdal dengan senjata tajam, sebuah parang. Hal ini menjadikan insiden ini bukan sekadar perdebatan tetapi sebuah serangan brutal.
Dampak Serius: Luka dan Penanganan Hukum
Afdal mengalami luka serius akibat serangan tersebut. Ia terpaksa mendapatkan perawatan medis intensif dan harus menjalani enam jahitan di wajah serta rusuknya. Kejadian ini mengundang perhatian banyak pihak, termasuk aparat kepolisian yang segera menerima laporan dari korban dan menggandeng keluarga untuk mengusut tuntas kejadian ini.
Proses hukum tampaknya berjalan lambat. Hingga kini, pelaku yang menjadi sorotan utama masih dalam pelarian. Meski pihak kepolisian telah berupaya melakukan pencarian, keberadaan pelaku sangat sulit dilacak. Keluarga pelaku bahkan terkesan tidak kooperatif dalam membantu penyelidikan, suatu sikap yang hanya menambah kekecewaan dan ketidakadilan bagi keluarga korban.
Lambannya penanganan kasus ini membuat keluarga korban merasa frustasi. Mereka meminta keadilan dan kepastian hukum, terutama mengingat tindakan kekerasan yang dialami oleh Afdal hanya berawal dari masalah kecil. Melalui kejadian ini, kita diingatkan akan pentingnya menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih positif dan menjunjung nilai kemanusiaan di ruang publik.
Kesimpulannya, insiden ini bukan hanya sekadar tindakan kekerasan yang bisa diabaikan. Ia mencerminkan masalah yang lebih besar dalam masyarakat, di mana toleransi dan etika dalam berinteraksi mulai memudar. Semoga kasus yang terjadi ini bisa menjadi pelajaran bagi banyak orang agar tidak menyelesaikan pertikaian dengan kekerasan.