Jakarta – Sejumlah 86 wilayah Rukun Tetangga (RT) di Jakarta mengalami dampak signifikan akibat banjir setelah hujan deras mengguyur pada Minggu malam, 6 Juli 2025. Data ini diperoleh dari laporan resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta yang dirilis per pukul 23.00 WIB.
Pancaran air hujan yang berkepanjangan telah menyebabkan genangan di berbagai titik, memicu kepanikan di kalangan warga. Angka ini menunjukkan tantangan serius dalam manajemen bencana di ibukota, di mana banyak wilayah rawan terhadap kejadian banjir.
Daftar Wilayah Terdampak Banjir di Jakarta
Data dari BPBD menunjukkan wilayah terdampak banjir di Jakarta. Melihat rincian ini, dapat dijelaskan bahwa beberapa area mengalami genangan yang cukup parah akibat curah hujan yang tinggi dan luapan kali.
Salah satu contoh adalah Jakarta Utara yang mencatat 1 RT tergenang dengan ketinggian mencapai 10 cm, penyebabnya adalah rob. Jakarta Pusat mengalami dampak lebih besar dengan 19 RT mengalami genangan antara 50 hingga 70 cm akibat curah hujan yang sangat tinggi dan luapan dari Kali Krukut. Hal ini mengindikasikan bahwa curah hujan ekstrem dapat meningkatkan resiko banjir, terutama di area yang mungkin sudah memiliki infrastruktur yang kurang memadai.
Pola Penyebaran Banjir dan Strategi Mitigasi
Melihat penyebaran luas dari masalah banjir ini, penting untuk mempertimbangkan berbagai strategi mitigasi. Jakarta Selatan, misalnya, menunjukkan 23 RT terendam dengan ketinggian air bervariasi. Kejadian seperti ini menunjukkan perlunya evaluasi infrastruktur drainase dan langkah-langkah pencegahan lebih lanjut.
Di sisi lain, ditemukannya 42 RT di Jakarta Timur dengan ketinggian air hingga 270 cm menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat tentang potensi banjir dan pengetahuan mengenai tindakan darurat yang perlu diambil. Upaya normalisasi Kali Ciliwung yang diagendakan komprehensif dapat membantu mengurangi dampak lebih lanjut. Hal ini juga melibatkan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih responsif terhadap musibah alam.
Kesimpulannya, kejadian banjir ini menyoroti betapa vitalnya penanganan bencana dan infrastruktur yang memadai untuk meminimalkan risiko.