Ketua Rembuk Pemuda Sulawesi Tengah, Fathur Razaq, baru-baru ini memimpin aksi luar biasa dengan menanam 70.000 pohon mangrove di pesisir Teluk Palu. Aksi ini diselenggarakan bersamaan dengan peringatan Hari Mangrove Internasional dan melibatkan ratusan relawan dari kalangan pelajar, mahasiswa, serta komunitas lingkungan.
Penanaman pohon mangrove dilakukan dari titik Layana hingga Citraland, sebagai bagian dari gerakan pemulihan ekosistem pesisir dan wujud nyata dari kepedulian anak muda terhadap krisis iklim yang semakin mendesak.
Manfaat Penting dari Penanaman Mangrove
Pohon mangrove memiliki peran yang sangat krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Selain berfungsi sebagai pelindung dari abrasi dan gelombang laut, mangrove juga menjadi habitat penting bagi berbagai spesies ikan dan burung. Data menunjukkan bahwa keberadaan mangrove dapat mengurangi dampak banjir hingga 40%, serta meningkatkan kualitas air di sekitarnya.
Fathur menekankan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan sebagai rasa syukur dan bentuk kepedulian kita terhadap alam. Penanaman mangrove juga dapat menjadi bagian dari ibadah, di mana menjaga bumi adalah tanggung jawab bersama. Dengan kontribusi masyarakat, diharapkan ekosistem pesisir dapat pulih dan memberikan manfaat jangka panjang.
Strategi dan Harapan untuk Masa Depan
Tidakkah menarik jika dalam setiap aksi kita bisa melibatkan sektor industri? Fathur menyoroti kurangnya partisipasi dari dunia industri dalam rehabilitasi lingkungan. Sudah saatnya regulasi mengatur keterlibatan perusahaan, terutama yang bergerak di sektor tambang dan industri besar, untuk menyumbang bibit pohon setiap tahun. Hal ini akan menciptakan rasa tanggung jawab lingkungan yang lebih besar di kalangan pelaku usaha dan masyarakat.
Lebih jauh lagi, Fathur memiliki visi untuk menjadikan pesisir Palu sebagai destinasi wisata kelas dunia, yang tidak hanya memberi dampak positif terhadap pelestarian alam, tetapi juga meningkatkan perekonomian daerah. Dengan target penanaman satu juta pohon setiap tahun, gerakan ini dapat berkontribusi secara signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan serta kehidupan masyarakat lokal.
Melalui penandatanganan MoU antara Rembuk Pemuda dan Komunitas Mangrovers, diharapkan kerjasama ini dapat menjadi langkah kolaboratif yang berkelanjutan dalam menjaga dan melestarikan alam. Ketua komunitas Mangrovers, Ismail, mengapresiasi gerakan ini sebagai titik balik setelah bencana tsunami 2019. Ia menekankan pentingnya mangrove dalam memberikan dampak ekologis dan ekonomi, seperti meredam gelombang serta menyediakan sumber pangan baru.
Gerakan yang didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup setempat dan komunitas pelajar ini diharapkan dapat menciptakan pesisir Palu yang hijau, tangguh, dan lestari. Dengan semangat kolaborasi dan kebersamaan, langkah-langkah kecil yang diambil hari ini memiliki potensi untuk menjadikan dampak besar di masa yang akan datang.
