Rabu, 2 Juli 2025 – 14:37 WIB
Jakarta – Tari Mandau kolosal yang diadakan untuk merayakan hari jadi Kabupaten Pulang Pisau yang ke-23 di Stadion HM Sanusi tidak hanya sukses memikat ribuan penonton tetapi juga berhasil meraih pengakuan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Tarian ini berhasil mencatatkan lebih dari 1.000 penari yang ambil bagian dalam sebuah pertunjukan yang luar biasa, menjadikannya salah satu momen yang tak terlupakan.
Banyak yang bertanya-tanya, apa yang membuat Tari Mandau begitu spesial? Pertunjukan ini tidak hanya sekadar tari, tetapi juga merupakan representasi dari kebudayaan dan identitas masyarakat Pulang Pisau.
Tari Mandau: Masyarakat dan Budaya
Tari Mandau bukan hanya sekadar tarian, tetapi merupakan wujud dari perjuangan dan jiwa masyarakat Dayak. Tarian ini menggambarkan sejarah, nilai, serta rasa solidaritas dari komunitas tersebut. Setiap gerakan dan iringan musik mencerminkan elemen-elemen kearifan lokal yang sangat dihargai oleh masyarakat. Dalam proses persiapannya, komunikasi antara panitia dan MURI telah dilakukan dengan intensif, mulai dari bulan Mei, untuk memenuhi semua syarat yang diperlukan.
Dalam pandangan MURI, pencatatan Tari Mandau sebagai rekor dunia bukanlah tanpa alasan. Tarian ini menonjolkan warisan budaya yang kental dengan nilai-nilai kehidupan. Masyarakat setempat meyakini bahwa dengan melestarikan budaya, mereka turut menjaga jati diri bangsa. “Dengan menjaga budaya, kita juga menjaga jiwa dan jati diri bangsa Indonesia,” ungkap perwakilan MURI, Triyono.
Pentingnya Pelestarian Budaya Lokal
Pencatatan Tari Mandau ke dalam rekor dunia juga menjadi signal penting bagi masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya. Bupati Pulang Pisau, Ahmad Rifa’i, menyatakan rasa syukurnya atas prestasi ini dan menegaskan bahwa budaya adalah identitas masyarakat. Dalam era modern ini, di mana kemajuan teknologi terus berlanjut, pelestarian budaya menjadi semakin mendesak agar warisan leluhur tidak hilang.
Ahmad Rifa’i menekankan komitmennya untuk menciptakan masyarakat yang berbudaya, dan mengajak generasi muda untuk sadar akan tanggung jawab menjaga warisan budaya. “Kita memiliki banyak keanekaragaman budaya yang harus terus kita jaga dan wariskan kepada anak cucu,” ujarnya. Pelaksana kegiatan ini merupakan sinergi antara pemerintah dan masyarakat yang telah bekerja keras dan berkolaborasi dalam menciptakan pertunjukan yang sangat berkesan.
Pencatatan Tari Mandau ini disaksikan langsung oleh Gubernur Kalimantan Tengah, Agustiar Sabran, serta sejumlah pejabat penting lainnya, yang ikut memberikan dukungan penuh bagi para penari. Momen ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Kabupaten Pulang Pisau, tetapi juga menjadi pelajaran berharga tentang arti penting kolaborasi dan semangat kebersamaan dalam melestarikan warisan budaya.
Berdasarkan pencapaian ini, kita tidak boleh berpuas diri. Ini adalah awal dari berbagai inisiatif pelestarian budaya yang perlu dilanjutkan. Kegiatan-kegiatan serupa akan membantu meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap budaya lokal yang ada. Dengan kata lain, masyarakat tidak hanya menjadi penonton budaya, tetapi juga pelaku dalam melestarikan dan meneruskan warisan yang ada.