Penangkapan seorang pejabat di Bengkulu yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba menyoroti masalah serius yang menghadapi masyarakat. Pria berinisial JK yang menjabat sebagai Lurah di Kelurahan Lingkar Timur, diamankan oleh Satuan Reserse Narkoba Polresta Bengkulu saat hendak menggunakan sabu di kawasan Jalan Pariwisata, Pantai Panjang.
Fakta bahwa seseorang dengan jabatan publik terjerat dalam kasus narkoba memang mencengangkan. Apakah ini menandakan masalah yang lebih besar dalam sistem pengawasan dan rehabilitasi, ataukah ini hanya merupakan kasus individual yang menyoroti sisi gelap dari penyalahgunaan zat terlarang?
Penangkapan Pejabat: Tanda Masalah Narkoba yang Memprihatinkan
Kapolresta Bengkulu, Kombes Pol Sudarno, mengonfirmasi penangkapan JK pada Selasa lalu. Dari informasi yang beredar, JK diketahui baru-baru ini mengonsumsi sabu saat jam kerja. Hal ini menjadi perhatian khusus, mengingat jabatan publik seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat. Penangkapan ini bukanlah yang pertama kalinya bagi JK, yang ternyata juga merupakan residivis dalam kasus narkoba sebelumnya. Pada 2011, ia ditangkap karena penyalahgunaan ganja. Dengan riwayat seperti ini, penting untuk mempertanyakan efektivitas program rehabilitasi dan pencegahan yang ada.
Menurut data dari kepolisian, JK ditemukan dengan tiga paket sabu seberat total lima gram beserta alat isap. Ini menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba tidak hanya melibatkan penggunaan tetapi juga distribusi. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana mungkin seseorang yang seharusnya menjadi contoh baik bagi masyarakat justru terlibat dalam aktivitas ilegal ini? Hal ini menunjukkan bahwa perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan dan pendekatan dalam memberantas narkoba di negeri ini.
Strategi Pemberantasan Narkoba: Apa yang Perlu Diperbaiki?
Penangkapan JK bukanlah kasus terisolasi. Sebelumnya, pihak Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Bengkulu juga berhasil mengamankan 12 orang tersangka dalam Operasi Antik 2025. Mereka yang ditangkap memiliki beragam latar belakang dan jenis narkoba yang disalahgunakan, memperlihatkan bahwa jaringan narkoba terus meresap ke berbagai lapisan masyarakat. Dari total barang bukti, sabu seberat 20,14 gram dan ganja sebanyak 1,9 kilogram disita dari para pelaku.
Dengan semakin banyaknya kasus narkoba, menjadi penting untuk mengembangkan dan mengimplementasikan strategi yang lebih efektif. Pertama, penegakan hukum harus diperkuat, dan tidak hanya fokus pada penangkapan, tetapi juga pengembangan jaringan yang terlibat dalam penyebaran narkoba. Selain itu, program rehabilitasi harus diperbaiki agar menjadi lebih efektif dan berorientasi pada reintegrasi sosial bagi para pecandu.
Kesadaran masyarakat juga perlu ditingkatkan melalui pendidikan tentang bahaya narkoba. Mengedukasi generasi muda tentang risiko penyalahgunaan zat terlarang akan menciptakan masyarakat yang lebih waspada dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Upaya pencegahan lebih khusyuk akan lebih efektif daripada penanganan setelah masalah terjadi.
Kesimpulannya, penangkapan JK merupakan gambaran kecil dari masalah narkoba yang masih merajalela. Hal ini menjadi pengingat bahwa semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan institusi penegak hukum, perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik tanpa narkoba. Penyelesaian masalah ini tidak dapat dilakukan dengan cara setengah-setengah; diperlukan komitmen dan kerja keras dari semua lapisan masyarakat.