Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, mengunjungi Sekolah Rakyat Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso di Solo pada malam hari, untuk memberikan dukungan dan semangat kepada para siswa yang tinggal di asrama. Kunjungan ini bukan sekadar formalitas, melainkan merupakan bentuk perhatian dan rasa empati yang dalam.
Seperti yang kita ketahui, banyak siswa yang merindukan orang tua mereka saat jauh dari rumah. Gibran ingin membuktikan bahwa mereka tidak sendirian dalam kerinduan itu. Beranjak dari pengalaman pribadi, Gibran merasakan bagaimana rasanya sekolah jauh dari rumah dan orang tua, sehingga ia merasa tergerak untuk menjalin komunikasi antara siswa dan keluarga mereka melalui panggilan video.
Kunjungan yang Menghangatkan Hati para Siswa
Kunjungan Gibran ke Sekolah Rakyat dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan emosional bagi para siswa. Dia menyadari betul bahwa jauh dari orang tua bisa meninggalkan kesan mendalam, terutama pada malam hari menjelang tidur. Siswa-siswa itu melewati lima hari Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan tentunya rasa rindu mulai terasa menusuk. Dengan memfasilitasi panggilan video, Gibran berharap bisa meredakan kerinduan tersebut dan mengingatkan mereka bahwa orang tua mereka selalu ada, meskipun secara fisik terpisah.
Data menunjukan bahwa interaksi seperti panggilan video bisa membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan rasa keterhubungan. Menurut studi, anak-anak yang memiliki dukungan emosional dari orang tua atau orang terdekat cenderung lebih baik dalam menghadapi tantangan. Gibran menyampaikan, “Saya yakin ini kalau malam pasti pada kangen orang tuanya. Jadi, kita akan sediakan waktu untuk berkomunikasi,” ujarnya. Pendekatan ini membawa kesan bahwa pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga kesehatan mental siswa.
Strategi Mengelola Rindu dan Membangun Kebersamaan
Dalam mengelola kerinduan, Gibran membawa puluhan kotak donat untuk dibagikan kepada para siswa. Ini adalah tindakan kecil yang menunjukkan perhatian dan kasih sayang. Melalui momen berbagi, Gibran ingin menumbuhkan rasa kebersamaan dan keakraban di antara para siswa. Namun, strategi tidak hanya berhenti di donat; Gibran mengadakan sesi tanya jawab, mendengarkan cerita siswa, dan memberi nasihat agar mereka tetap semangat dalam belajar.
Dari dialog yang dibangun, siswa dapat mengungkapkan perasaan mereka, menjadikannya kesempatan berharga bagi mereka untuk terhubung lebih dalam. Kunjungan ini juga menunjukkan bahwa perkembangan karakter sama pentingnya dengan pembelajaran akademik. Pemerintah berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung agar siswa merasa betah dan jalani proses edukasi dengan penuh semangat.
Dalam konteks ini, keamanan emosional dan perhatian terhadap kebutuhan siswa adalah hal yang tak terpisahkan. Dia juga mengingatkan bahwa orang tua diizinkan untuk mengantarkan barang ke sekolah, tetapi pertemuan hanya dibolehkan di halaman depan. Tindakan ini bertujuan menjaga fokus belajar sekaligus mengajarkan disiplin dan tanggung jawab.
