Jakarta – Konferensi Tahunan Internasional tentang Islam, Sains, dan Masyarakat atau The Annual International Conference on Islam, Science and Society (AICIS+) 2025 mencatat sejarah baru. Ajang bergengsi ini berhasil menerima jumlah proposal penelitian terbanyak sepanjang penyelenggaraannya.
Sejak dibuka pada 4 Juli hingga 15 Agustus 2025, panitia mencatat sebanyak 2.434 proposal masuk dari berbagai negara. Angka ini memecahkan rekor tahun-tahun sebelumnya, sekaligus menegaskan posisi AICIS+ sebagai salah satu forum akademik terbesar di dunia yang membahas isu global dari perspektif Islam, sains, dan masyarakat.
Proses Seleksi Ketat: Memastikan Kualitas Proposal
Demi menjaga integritas dan kualitas, setiap proposal yang masuk melewati proses seleksi mendetail. Dari total ribuan pengajuan, sebanyak 241 proposal terpaksa didiskualifikasi. Penyebabnya beragam, mulai dari dokumen tidak lengkap, format yang tidak sesuai, hingga adanya duplikasi dari peserta yang sama.
Setelah kurasi ketat tersebut, 2.198 proposal resmi dinyatakan valid dan berhak melanjutkan ke tahap berikutnya. Proses seleksi ini menunjukkan standar ilmiah tinggi yang selalu dijunjung oleh AICIS+. Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa setiap presentasi di konferensi dapat memberikan kontribusi berharga terhadap diskusi yang lebih luas.
Keterlibatan Internasional: Peserta dari 31 Negara
Rekor kali ini juga diperkuat dengan partisipasi internasional yang luas. Proposal datang dari 31 negara, termasuk Australia, Brunei, Kanada, Jerman, India, Indonesia, Iran, Jepang, Libya, Malaysia, Belanda, Nigeria, Pakistan, Singapura, Korea Selatan, Tunisia, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, Yaman, Arab Saudi, Kenya, Maroko, Qatar, Cina, Mesir, Swiss, Thailand, dan Uganda.
Keragaman ini menunjukkan bahwa konferensi ini semakin dipercaya komunitas akademis global sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan lintas negara. Hal ini penting, mengingat kontribusi berbagai perspektif dalam perdebatan isu-isu kontemporer dapat memperkaya pengalaman dan wawasan peserta konferensi.
Apresiasi dari Pihak Terkait
Direktur Jenderal Pendidikan Islam menyambut antusias pencapaian bersejarah ini. Menurutnya, jumlah proposal yang melonjak drastis mencerminkan meningkatnya kepercayaan akademisi dunia terhadap konferensi ini. “Pencapaian ini menunjukkan bahwa forum ini telah menjadi ruang vital untuk bertukar pengetahuan, membangun kolaborasi, dan membahas isu global melalui perspektif yang komprehensif,” ungkapnya.
Senada, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan menegaskan bahwa capaian ini memperlihatkan pengakuan internasional yang semakin besar terhadap Indonesia sebagai motor penggerak diskursus intelektual global. “Rekor ini membuktikan bahwa kepercayaan dan pengakuan internasional terus tumbuh melalui konferensi ini,” ujarnya.
Tema-Tema Utama yang Akan Dibahas: Menjawab Tantangan Kontemporer
Dari ribuan proposal yang masuk, tema penelitian yang diajukan terbilang beragam. Beberapa di antaranya adalah:
- Sistem Ekonomi Berkelanjutan dan Kesejahteraan Sosial – 240 makalah
- Pembangunan Perdamaian dan Krisis Kemanusiaan – 215 makalah
- Transformasi Sains dan Teknologi – 233 makalah
- Kesehatan Masyarakat Muslim – 113 makalah
- Industrialisasi, Inovasi, dan Nilai-Nilai Ekonomi Modern – 139 makalah
Tema-tema tersebut mencerminkan fokus konferensi ini dalam menjawab tantangan global kontemporer dengan sudut pandang yang komprehensif. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi yang relevan bagi masyarakat.
Menuju AICIS+ 2025 di Depok: Ajang Intelektual Bergengsi
Proposal terpilih nantinya akan dipresentasikan dalam AICIS+ 2025 yang dijadwalkan berlangsung pada 29–31 Oktober 2025 di Kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok, Jawa Barat. Acara ini diprediksi menjadi ajang intelektual bergengsi, sekaligus memperkuat peran Indonesia sebagai pusat diskusi akademik global.
Dengan rencana penyelenggaraan yang matang serta partisipasi dari individu dan institusi terkemuka, konferensi ini diharapkan dapat melahirkan gagasan-gagasan inovatif yang dapat mempengaruhi kebijakan dan praktik di berbagai bidang.