Jakarta kini menegaskan tekadnya untuk menjadi pusat kolaborasi di Asia Tenggara, khususnya dalam konteks ASEAN Hub. Pernyataan ini diungkapkan oleh Kepala Biro Kerja Sama Provinsi DKI Jakarta, Marulina Dewi, saat menghadiri forum tingkat tinggi di Kuala Lumpur.
Menurut Marulina, Jakarta bukan hanya sekadar pusat pemerintahan dan ekonomi Indonesia, tetapi juga diharapkan menjadi tempat berkumpulnya ide, inovasi, serta jaringan kerja sama antar kota di kawasan. Apakah hal ini dapat menjadi titik tolak bagi transformasi regional?
Jakarta sebagai Simpul Inovasi
Melalui berbagai platform, Jakarta berambisi untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan, teknologi, hingga budaya. “Kami ingin Jakarta menjadi etalase solusi perkotaan yang dapat direplikasi oleh kota-kota lain di ASEAN,” ujarnya, menyoroti peran penting yang dapat dimainkan kota ini.
Berdasarkan data, kolaborasi antar kota dapat meningkatkan ketahanan kota menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perubahan iklim hingga urbanisasi yang pesat. Misalnya, beberapa kota di ASEAN sudah menerapkan inovasi berbasis teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup warganya.
Peran Koneksi Antar Masyarakat dalam Integrasi Regional
Saat berbicara tentang koneksi, Marulina menekankan pentingnya hubungan antar masyarakat atau people-to-people connection. Ini menjadi aspek vital dalam memperkuat integrasi regional. Diplomasi kota harus menjangkau level komunitas, bukan hanya di skala nasional yang seringkali abstrak bagi masyarakat biasa.
Berbagai studi menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat di tingkat lokal dapat mengoptimalkan implementasi kebijakan. Dengan saling bertukar pengalaman dan praktik terbaik, kota-kota massa ini bisa menjadi lebih tahan banting. Keberhasilan ASEAN Community Vision 2045 sangat bergantung pada bagaimana kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat diterjemahkan dan diimplementasikan di tingkat lokal.