Suasana sunyi mulai terasa di berbagai kafe, restoran, hingga hotel di Kota Bandung. Hal ini disebabkan oleh kebijakan baru yang mewajibkan pelaku usaha membayar royalti jika ingin memutar musik di tempat umum. Kebijakan ini memiliki dampak signifikan bagi industri hiburan dan pengusaha lokal.
Apakah kebijakan ini benar-benar perlu diimplementasikan? Sejumlah pelaku usaha tampaknya berpikir dua kali untuk memutar musik di tempat mereka, bahkan memilih menonaktifkan sistem audio sepenuhnya demi menghindari risiko denda yang besar. Seorang barista, Jaki, menceritakan pengalaman di Cihapit yang menunjukkan betapa besar dampak kebijakan ini terhadap dunia usaha.
Dampak Kebijakan Royalti Musik terhadap Pelaku Usaha
Tidak mengherankan jika pelaku usaha enggan memutar musik di tempat mereka. Beberapa laporan menunjukkan bahwa denda bagi pelanggaran aturan royalti dapat mencapai miliaran rupiah. Ini membuat para pemilik kafe dan restoran merasa khawatir untuk tetap menjalankan bisnis mereka. Mereka lebih memilih untuk menghindari potensi pelanggaran, baik itu dengan membungkam suara musik maupun beralih ke solusi alternatif yang dapat mengecewakan pelanggan.
Hendra, seorang pemilik kafe, mengatakan bahwa mereka harus memberikan alternatif lain seperti musik alam atau suara ambience yang berasal dari ponsel pengunjung. Namun, dia mengakui bahwa suasana yang tercipta tidak sama dengan ketika musik dimainkan secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka patuh pada aturan, pengalaman pelanggan masih terpengaruh.
Solusi dan Harapan untuk Pelaku Usaha
Dalam situasi seperti ini, penting bagi pemerintah dan Lembaga Manajemen Kolektif untuk memberikan skema yang lebih inklusif. Hal ini bisa membantu para pelaku usaha untuk memutar musik tanpa rasa takut akan denda yang mengancam kelangsungan bisnis. Sebuah solusi yang kreatif dan menggugah bisa menjadi langkah awal dalam mengatasi masalah ini, agar roda ekonomi kreatif tetap berputar.
Pengusaha muda dan pelaku industri kreatif sangat memerlukan dukungan dalam mengatasi tantangan ini. Musik bukan hanya sekadar hiburan; ia adalah bagian dari pengalaman pelanggan yang sangat berharga. Ketika musik berhenti, suasana pun bisa berubah dan bisnis akan merasakan imbasnya. Dengan demikian, diharap akan ada perubahan yang lebih adaptif dalam kebijakan royalti, agar semua pihak diuntungkan.